Analisis wacana adalah suatu pengkajian terhadap
unsur-unsur yang membuat suatu wacana koheren (Cook, 1994:6). Fokus kajian
analisis wacana, menurut Crystal (1985) adalah struktur, yang secara alamiah
ada pada bahasa lisan, misalnya: percakapan, wawancara, dan ucapan-ucapan
tertentu. Pengertian analisis wacana di atas, masih dalam kategori pengertian
dasar, karana pengertian tersebut terus berkembang.
Ada tiga
kelompok analisis wacana, iaitu aliran :
(a)positivisme-empiris,
(b)konstruktivisme, dan
(c) pandangan
kritis.
Menurut kefahaman positivisme-empiris,
pengkajian analisis wanaca difokuskan pada keteraturannya, iaitu kegramatikalan
kalimat dan kepaduan wacana. Karana menurut faham ini bahasa (wacana) adalah
jambatan penghubung antara manusia dengan objek dunia luar, sehingga bahasa
(wacana) perlu dibuat dengan baik. Analisis wacana tradisi positivisme ini
mempelajari aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh wacana agar suatu wacana
baik. Dalam pandangan ini, paradigma subjek—objek komunikasi dipisahkan. Analisis wacana model ini masih banyak
dipengaruhi oleh pola aliran transasisional, dalam memandang bahasa.
kefahaman konstruktivisme dalam mengkaji wacana, berbeza dengan faham
positisme-empirik. Dalam menelaah wacana, subjek—objek komunikasi tidak dapat
dipisahkan. Pola pikir ini banyak dipengaruhi pemikiran fenomenologi. Dalam
khazanah ilmu bahasa kelompok ini dikenali
aliran interaksional (Wahab, 1998:69). kefahaman ini melihat subjek
komunikasi dan hubungan sosialnya
sebagai aspek tunggal. Subjek komunikasi dipandang sebagai pelaku yang
mampu mengawal wacana dengan
maksud-maksud tertentu. Setiap pernyataan adalah tindakan penciptaan
makna, pengungkapan diri, dan pembentukan jati diri pembaca. Oleh sebab itu, analisis
wacana model ini dimaksudkan sebagai analisis untuk membongkar maksud dan makna
tertentu yang tersembunyi.
Kefahaman kritis
(pandangan kritis) dalam menganalisis wacana mempertimbangkan faktor kekuasaan,
karana faktor ini berperanan dalam membentuk jenis subjek (pelaku) dan perilaku
yang mengikutinya. Dalam proses produksi
dan reproduksi wacana, subjek sangat berperanan. Oleh sebab itu, wacana yang
dihasilkan perlu diteliti dengan kritis (dikritisi). Analisis wacana model ini
berfokus pada kekuatan subjek dalam memproduksi wacana. Subjek dalam analisis
faham kritis dianggap sebagai individu yang tidak neutral, sehingga bahasanya
pun juga tidak neutral. Tujuan analisis wacana jenis ini adalah melihat secara
kritis tentang: peranan subjek tertentu, tema, perspektif yang dipakai, dan
tindakan tertentu yang sedang dilakukan terhadap masyarakat. Karana
perspektifnya yang selalu kritis, maka analisis wacana jenis ketiga ini disebut
analisis wacana kritis.
Analisis wacana dalam mengkaji bahasa mempunyai
sikap yang berbeza dengan linguistik kalimat.
Data bahasa dalam analisis wacana berciri :
(a) bahawa
bahagian-bahagian bahasa itu membentuk satu kesatuan (saling berkait),
(b) mengutamakan pencapaian makna,
(c) bahasa hadir
dalam konteks tertentu, dan
(d) data
berasal dari hasil observasi (tidak dibuat-buat).
Sebaliknya, data bahasa dalam linguistik kalimat,
mempunyai ciri :
(a) kalimat-kalimat lepas,
(b) tersusun berdasarkan tatabahasa yang benar,
(c) tanpa konteks, dan
(d) hasil pemikiran yang cenderung artifisial(Cook,
1994:12 )
No comments:
Post a Comment